Musikal Prabu Siliwangi

      Pementasan musikal Prabu Siliwangi  diadakan di Hotel Panghegar, Bandung, Jawa Barat, tanggal 30 September 2012 bertujuan agar masyarakat lebih mengenal sosok Raja Padjadjaran. Pementasan ini dihadiri oleh Wakil Gubernur Jawa Barat, Raja-raja Nusantara, Raja-raja Malaysia, Rektor, Bupati/Walikota di Jawa Barat, Perkumpulan Sunda di Australia, DPA, MPR/DPR asal Jawa Barat, DPRD Jawa Barat, SKPD Lingkungan Provinsi Jawa Barat, Budayawan, Seniman, Lingkungan Pendidikan dan Pelajar. Termasuk SMA Negeri 1 Subang juga ikut serta di dalamnya.
Pementasan musikal yang dimulai pada pukul 14.00 WIB itu, diawali dengan kisah Perang Bubat antara Kerajaan Padjadjaran dan Kerajaan Majapahit yang menewaskan seluruh balatentara kerajaan Padjadjaran, termasuk rajanya, Maharaja Linggabuana atau Prabu Wangi, yang merupakan kakek buyut Prabu Siliwangi
"Pesan utama dalam pementasan ini  adalah tentang kepemimpinan, tentang bagaimana memerintah secara bijaksana, sehingga mendatangkan kemakmuran bagi rakyat”
          Meski nama Siliwangi cukup kondang, karena digunakan sebagai nama divisi Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang berbasis di Jawa Barat, Eddy D Iskandar selaku penulis skenario dan lirik  meyakini banyak warga masyarakat Sunda yang belum mengetahui sosok Prabu Siliwangi."Mungkin namanya saja yang dikenal, tapi sosoknya seperti apa, banyak warga Jawa Barat belum mengenalinya,"
Jadi Siapa itu Prabu Siliwangi????
            Ada dua raja berjuluk Siliwangi. Niskala Wastukancana dan Jayadewata Sang Pamanah Rasa Sri Baduga Mada. Berawal dari takdir Yang Maha Kuasa, Raja Sunda menolak permintaan Gajahmada. Ia memilih berperang dan gugur. Puteri tercinta, Dyah Ayu Pitaloka yang akan dijadikan permaisuri oleh Hayam Wuruk Raja Majapahit digagalkan Gajahmada, memili bakti pati demi harga diri. Bunisora adik sang Raja Sunda yang gugur dengan gagah di perang Bubat menjadi Raja Sunda mendidik Niskala Wastukancana dewasa, dan pada saatnya Bunisora yang bijaksana menyerahkan tahtanya kepada Niskala Wastikancana. Wastukancana menjadikan kerajaan mencapai keemasan selama 104 tahun. Raja yang sangat dicintai rakyatnya, menebar rasa aman dan tenteram. Sementara itu, kerajaan Majapahit kian surut. Setelah Perang Bubat, sering terjadi pemberontakan. Niskala Wastukancanatidak merasa tidak perlu membalas dendam tetapi memilih memajukan kejayaan negeri Sunda.
          Yang melanjutkan kejayaan Galuh dan Sunda (Pakuan Pajajaran) adalah Jayadewata yang disebut  juga Sang Pamanah Rasa dengan sebutan masyhur Sri Baduga Maharaja. Ia menjadi pemersatu rasa, pemersatu jiwa, menjadi muara kejayaan Sunda bihari. Dengan kasih sayang ia serukan semangat.
Niskala Wastukancana dan Sri Baduga Maharaja bergelar Siliwangi, keduanya tetap "hidup" hingga kini. Beberapa prinsip dan pegangan hidup kedua raja ini adalah, "Gawena pake rahahu, pakeun heubeul jaya di buana, pakeun nanjeur di juritan, tegakkeun kabajikan", agar lama berjaya di buana, agar selalu menang dalam perang." "Siliwangi moal kasilih wawangi, Siliwangi tidak pudar keharumannya."
             Prabu Siliwangi  dikenal sebagai ksatria pemberani serta tangkas.Rakyat Kerajaan Padjadjaran pada masa pemerintahannya dibebaskan dari segala setoran pajak yang memberatkan, kecuali pajak ladang dan hasil pertanian yang dibebankan kepada penguasa setempat. Pajak perorangan yang dibebankan kepada rakyat untuk kepentingan raja berupa hasil menangkap ikan, berburu, memelihara saluran air, dan bekerja di ladang. Pemerintahan Prabu Siliwangi telah dibayangi oleh kekuatan Kerajaan Demak yang berpengaruh sampai ke Cirebon. Oleh karena itu, Prabu Siliwangi selama masa pemerintahannya memusatkan perhatian pada pembinaan agama, pembuatan parit pertahanan, dan memperkuat angkatan perang.Namun, pada masa kekuasaan Prabu Siliwangi di Kerajaan Padjadjaran yang beragama Hindu, telah banyak warga masyarakat Sunda yang berpindah agama menganut Islam.

Semoga dengan pementasan ini, Jawa Barat khususnya bisa melahirkan sosok pemimpin negara seperti Prabu Siliwangi.


0 komentar:

Posting Komentar