Jumat, 05 Oktober 2012

Misteri Komando Jihad

           Latar belakang terjadinya komando jihad adalah saat soeharto naik menjadi presiden tahun 1968 dan berhasil memberantas seluruh jaringan komunis di Indonesia, akhirnya kekuasaannya berusaha menambah kekuatan melalui kelompok Islam menjelang Pemilu 1971. Namun kelompok Islam menilai bahwa selama ini Soeharto bukan sosok pemimpin yang selama ini meraka idamkan, dan kelompok Islam menginginkan adanya pergantian pemimpin nasional. Mereka menggulirkan tuntutan kepada MPR bahwa pemimpin negara Indonesia harus orang Islam dan dasar negara juga Islam. Sejak saat itu Soeharto menilai bahwa kelompok Islam merupakan pesaing utama dalam mempertahankan kekuasaannya.
        Menjelang Pemilu 1971 Soeharto menerapkan 3 strategi untuk menarik  dukungan dari kelompok Islam. Diantaranya :
  1. Soeharto melakukan diskriminasi politik, yaitu penentuan calon wakil rakyat dari kelompok Islam yang ingin mengikuti Pemilu harus melalui Seleksi Intelejen Militer. Adanya diskriminasi tersebut menyebabkan banyaknya calon dari Parmusi (Partai Muslimin Indonesia) yang ingin mengikuti Pemilu sedangkan Masyumi tidak diikutkan (karena diduga terlibat aksi pemberontakan saat orde lama masalah dihapuskannya 7 kata dalam sila Ketuhanan pada Piagam Jakarta, yang pada akhirnya Masyumi dibubarkan Soekarno).
  2. Melalui seorang kepercayaannya yaitu Ali Moertopo yang ditempatkan di Operasi Khusus (Opsus), Ali memecah Parmusi menjadi tradisional dan modern. Parmusi Modern basis massanya diambil dari bekas Masyumi yang direhabilitasi oleh rezim orde baru sedangkan Parmusi tradisional basis massanya diambil dari Gabungan Usaha Pembaharuan Pendidikan Islam (GUPPI). 
  3. Opsus memanfaatkan mantan DI/TII dengan mengembangkan isu bahwa komunis akan berkembang kembali di Indonesia, sehingga Opsus berhasil mendapatkan perhatian dari mantan DI/TII.
       Dari ketiga strategi diatas, akhirnya Golkar mampu meraih dukungan sebesar 62,80% dan kembali mengantarkan Soeharto menjadi presiden. Setelah Soeharto kembali menjadi Presiden, akhirnya rezim orba berniat memberantas kelompok Islam karena dianggap sebagai pesaing utama dalam mempertahankan kekuasaan Soeharto. Ali Moertopo bersama dengan Kolonel Pitut Soeharto melakukan penyusupan kepada mantan DI/TII, yaitu diantaranya adalah Danu Muhammad Hasan dan Haji Ismail Pranoto. Setelah dilakukannya penyusupan, muncul banyak teror berlatarbelakang agama yang diantaranya adalah kasus pengeboman Borobudur dan pembajakan Pesawat Garuda Woyla. Semua teror tersebut intinya adalah untuk mengkambinghitamkan umat Islam yang tidak tahu menahu tentang teror tersebut, Umat Islam dituduh melakukan berbagai teror tersebut padahal dalang dari semua teror adalah Ali Moertopo seorang kepercayaan Soeharto dan Kol. Pitut Soeharto. Yang pada akhirnya mantan DI/TII tersebut dikorbankan oleh rezim orba, pengakuan mereka di pengadilan tidak didengar karena pengadilan sudah dibumbui oleh rezim orba sehingga mantan DI/TII di penjara seumur hidup (awal tahun 1980). 

Create By Yuni

Artikel Terkait: